Langsung ke konten utama

Pantai Ujung Tanjung: Kisah Keramat hingga Batu Akik



Jurnalismuda.com -- Pantai Ujung Tanjung adalah kawasan yang kaya dan ternama dengan berbagai ribuan batu akik. Pantai Ujung Tanjung ini terletak di kawasan Muaro Sakai, Kecamatan Pacung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Pada masa populernya batu akik, Pantai Ujung Tanjung menjadi salah satu tempat yang sangat ramai dikunjungi oleh banyak orang, baik dari masyarakat setempat maupun orang-orang pendatang untuk mencari batu akik.

Pantai Ujung Tanjung juga merupakan kawasan yang dipercayai dengan berbagai penuh misteri. Warga Muaro Sakai dan Air Haji mempercayai bahwa Pantai Ujung Tanjung adalah kawasan yang angker. Tidak hanya warga Muaro Sakai dan masyakat Air Haji yang mempercayai hal tersebut. Tetapi, para nelayan Pesisir Selatan juga banyak mempercayai bahwa Pantai Ujung Tanjung adalah kawasan yang keramat.

Berdasarkan cerita turun-temurun dari masyarakat Muaro Sakai, bahwa kawasan Ujung Tanjung juga memiliki cerita masa lampau (sejarah). Dahulunya, di kawasan  Pantai Ujung Tanjung ini terdapat sebuah istana yang bernama Istana Gando Layu. Istana Gondo Layu ini digunakan sebagai tempat perdiaman bagi istri Sultan Zatullahsyah. Sultan Zatullahsyah ialah seorang raja dari kerajaan Inderapura. Kemudian, Istana Gondo Layu ini juga pernah dipakai oleh Bundo Kanduang (Mandeh Rubiah) sebagai tempat persembunyian Puti Bungsu (Putri Kemala Sani) dari kejaran raja Tiang Bungkuk.

Sebelum dibukanya lahan perkebunan kelapa sawit oleh PT Incasi Raya, kawasan Pantai Ujung Tanjung merupakan kawasan hutan rawa yang lebat dan tidak ada berpenghuni. Karena dianggap keramat, oleh sebab itu banyak masyarakat Muaro Sakai atau orang-orang pendatang belum berani untuk tinggal di kawasan Pantai Ujung Tanjung.

Keramatnya Pantai Ujung Tanjung, sampai saat ini kepercayaan tersebut masih melegenda di masyarakat Muaro Sakai. Salah satu fenomena yang pernah terlihat oleh mata kepala para nelayan Muaro Sakai ialah melihat sebuah cahaya besar seperti cahaya lampu dari sebuah kapal besar. Akan tetapi, ketika para nelayan mendekati cahaya lampu itu, cahaya tersebut hilang begitu saja.

Perjalanan untuk mendapatkan sebuah batu akik ke Pantai Ujung Tanjung bukanlah hal yang mudah dilakukan bagi setiap orang. Perjalanan ke sana tidak hanya seperti membalikan sebuah telapak tangan. Menempuh perjalanan ke sana kira-kira membutuhkan waktu lebih kurang satu jam dari pusat Kecamatan Pacung Soal. Konon, jika berkunjung ke Pantai Ujung Tanjung untuk mencari batu akik disarankan harus memilki niat yang baik dari dalam hati. Menurut cerita orang tua-tua, apabila kita bertemu dengan hujan panas ketika berada di Pantai Ujung Tanjung ini disarankan agar untuk kembali pulang. Jika diteruskan, maka kita akan menjumpai kejadian-kejadian aneh yang belum pernah kita jumpai, seperti bertemu dengan kabau Jalang atau Si Binuang. Kabau Jalang adalah bukanlah jenis karbau biasa, kerbau ini memiliki ukuran tubuh dan tanduk yang belum pernah terlihat oleh manusia pada  sebelumnya. Kerbau Jalang memiliki ukuran tubuh sebesar mobil truk dan memiliki tanduk sepanjang lemari. Orang-orang mempercayai bahwa kabau Jalang adalah kerbau liar milik dari Mandeh Rubiah pertama. Hal itu dipercaya karena Mandeh Rubiah merupakan orang yang sangat dekat dan sayang kepada binatang. Apabila kita bertemu dengan kerbau Jalang atau Si Binuang ini, tidak lama setelah itu kita akan jatuh sakit. Ada juga orang yang mengatakan bahwa kita akan tersesat dan tidak tahu arah jalan menuju pulang.

Berbagai macam bentuk dan jenis batu akik yang terdapat di tepi Pantai Ujung Tanjung kadang membuat orang merasa bingung dalam memilih, karena disebabkan jumlah batu yang cukup banyak. Semangkin ke arah selatan batu-batu tersebut semangkin banyak berserakan di tepi pantai. Menurut masyarakat Muaro Sakai, sebenarnya batu-batu itu telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Keberadaan batu-batu tersebut juga dikarenakan adanya cuaca. Jika terjadi gelombang besar atau pasang naik, maka batu-batu itu akan banyak berserakan di sepanjang tepi pantai. Apabila sebaliknya, jika terjadi pasang surut, maka batu-batu itu juga hilang terbawa arus gelombang. Namun, dari mana asal-usul batu-batu tersebut belumlah diketahui oleh masyarakat sampai saat ini.

Untuk mendapatkan jenis batu di Pantai Ujung Tanjung, seperti limau manis, cimpago, widuri, anggur, dan ruyung tidak terlalu sulit untuk didapatkan. Batu-batu tersebut merupakan jenis batu yang transparan dan tembus cahaya serta memilki motif yang beragam. Jika ingin mendapatkan jenis batu yang lebih bagus dan memiliki nilai harga yang tinggi, seperti batu Kalsedon. Untuk mendapatkannya haruslah pergi dengan orang-orang tertentu, tetapi dengan syarat harus membawa niat yang baik dan tidak boleh mengambil semua jenis-jenis batu yang ada di tepi Pantai Ujung Tanjung, cukup dengan satu batu saja yang harus kita bawa pulang. Karena tidak semua orang untuk bisa mendapatkan jenis batu Kalsedon itu. Menurut informasi yang didapatkan bahwa batu Kalsedon merupakan jenis batu kripstokristalin (memiliki struktur kristal yang sangat halus). Batu Kalsedon ini memiliki ciri yang transparan atau tembus cahaya, memiliki bintik-bintik dan pusaran susu, serta memiliki warna yang baragam seperti, warna putih, abu-abu, biru, kuning, dan coklat. Jenis batu Kalsedon  tidak sekeras batu murni lainnya, batu ini biasanya terdapat pada rongga-rongga batuan vulkanis. Biasanya, orang-orang sering menjadikan jenis batu Kalsedon sebagai barang hiasan atau permata.***


Catatan: Artikel ini telah dimuat di Singgalang Minggu, 04 Oktober 2020.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

mengubah atau merubah?

Ranah Pesisir, Jurnalismuda — Mengubah atau merubah? Penulisan kedua kata ini sering kali terjadi keliru. Apalagi kamu yang masih baru dalam menulis, pastinya sering kebingungan dalam menggunakan kedua kata ini. Oleh karena itu, dalam artikel ini saya akan ulas mengenai kedua kata. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini! (1)  Budi   mengubah susunan kalimat itu. (2)  Jaka tidak merubah susunan kalimat itu . Contoh kalimat (1) dan kalimat (2) di atas, jelas predikat tersebut memiliki penulisan   kata yang berbeda. Jadi, menurutmu, penulisan yang benar adalah mengubah atau merubah ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), kata ubah dan rubah memiliki makna yang berbeda. Kata ubah merupakan kata kerja yang bermakna ‘tukar atau ganti’, sedangkan kata rubah adalah kata benda yang bermakna ‘binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya’. Secara morfologis, kata ubah memiliki kemampuan bergabung dengan beberapa afiks bahasa Indonesia. Sa