Langsung ke konten utama

Prinsip-Prinsip Morfem



Morfem berasal dari kata “morfe” yang berarti bentuk “ema” yang berarti membedakan arti. Jadi, morfem adalah suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan arti atau kesatuan bunyi yang ikut serta dalam pembentukan kata yang dapat membedakan arti.

Morfem adalah satuan berbentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang bergabung (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016), sedangkan, menurut Chaer (2008:13), morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang dimiliki makna. Unsur-unsur yang memiliki makna tersebut disebut satuan gramatik.

Sementara itu, Ramlan (1987:32), morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya.

Ramlan (1987:37--44) mengemukakan prinsip pengenalan morfem, yaitu sebagai berikut:

Prinsip 1: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.

Contoh: satuan baju, satuan baca, dan satuan di-.

Satuan baju

Satuan baca

Satuan di-

- berbaju

- menjahit baju

- baju biru

- baju batik

- membaca

- dibaca

- pembaca

- pembacaan

- terbaca

- bacaan

- ruang baca

- dipukul

- disuruh

- ditulis

- diambil

- dibuat


Yang dimaksud dengan struktur fonologik di sini ialah urutan fonem. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama apabila fonem-fonem dan urutan fonemnya sama. Istilah arti dimaksudkan arti leksikal, sedangkan istilah makna dimasudkan arti gramatik.

Prinsip 2: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologik dapat dijelaskan secara fonologik.

Contoh: Satuan-satuan mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-

- membawa

- mendukung

- menyuruh

- menggali

- mengebom

- melerai

Kata-kata di atas mempunyai makna yang sama, yaitu menyatakan ‘tindakan aktif’. Namun, secara fonologik jelaslah berbeda, hal ini disebabkan oleh konsonan awal satuan yang mengikutinya, atau dengan kata lain, disebabkan oleh kondisi satuan yang mengikutinya.

Jadi, jelaslah bahwa perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologi, dan karena itu, satuan-satuan tersebut merupakan satu morfem, atau merupakan alomof dari morfem yang sama, ialah morfem meN-. karena kondisi satuan yang mengikutinya, morfem ini berubah menjadi men-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-.

Prinsip 3: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaanya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai morfem apabila mempunyai arti atau makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.

Contoh: bel  ‘belajar’

               be- ‘bekerja’

               ber- ‘berjalan’

 

Be- dan be- berdasarkan prinsip 2, jelas merupakan satu morfem, karena perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologik. Adanya, be- disebabkan oleh kondisi satuan yang mengikutinya, ialah diikuti oleh satuan yang suku pertamanya berakhir er, misalnya pada bekerja, berserta, dan beternak. Berbeda halnya dengan bel- yang hanya terdapat pada belajar. Pada satuan-satuan lain selalu dipakai ber- dan be-, dan sebaliknya pada ajar tidak pernah digunakan ber- dan be-. Karena itu, bel- merupakan satu morfem dengan ber- atau merupakan alomof dari morfem ber-, karena meskipun struktur fonologinya berbeda, dan perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, tetapi mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer dengan morfem ber-. 

Prinsip 4: Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah disebut morfem zero.

Contoh: (1) Ia membeli sepeda.

               (2) Ia menjahit baju.

               (3) Ia membaca buku.

               (4) Ia menulis surat.

               (5) Ia makan roti.

               (6) Ia minum es.

 

Pada kalimat 1, 2, 3, dan 4 kata verbal transitif ditandai oleh adanya meN-, sedangkan pada kalimat 5 dan 6, kata verbal transitif ditandai oleh kekosongan, ialah tidak adanya meN-, maka merupakan morfem, yang disebut morfem zero.

 

Prinsip 5: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama itu berbeda artinya, tentu saja merupakan morfem yang berbeda.

Contoh: Kata buku 

(1) Ia membaca buku yang berarti‘berarti kitab’.

(2) buku terbu yang berarti ‘sendi’.

 Kata sedang

(1) Nilainya sedang saja yang berarti ‘tidak terlalu baik dan tidak terlalu jelek’.

(2) Ia sedang pergi yang berarti ‘baru; lagi’.

Apabila satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama itu mempunyai arti yang berhubungan, satuan itu merupakan satu morfem apabila distribusinya tidak sama, dan merupakan morfem yang berbeda apabila distribusinya sama.

Contoh: kata duduk dalam Ia sedang duduk merupakan satu morfem dengan kata duduk dalam Duduk orang itu sangat sopan karena keduanya mempunyai arti yang berhubungan dan mempunyai distribusi yang berbeda. Kata duduk dalam Ia sedang duduk berfungsi sebagai predikat dan tergolong kata verba, sedangkan kata duduk dalam Duduk orang itu sangat sopan merupakan bagian dari subyek, dan tergolong kata nomina sebagai akibat adanya proses nominalisasi.

Sebaliknya, kata mulut pada Mulut gua itu lebar merupakan morfem yang berbeda dengan kata mulut pada Mulut orang itu lebar karena kedua itu mempunyai distribusi yang sama.

Prinsip 6: Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.

Contoh: Di samping bersandar terdapat sandaran. Kata bersandar terdiri dari satuan ber- dan sandar, sedangkan satuan sandaran terdiri sandar dan -an. Maka ber-, sandar, sandar, dan -an merupakan morfem sendiri.


Daftar Pustaka

Masyas.___ . Afik Pembentuk Verba Bahasa Bugis Dialek Sidrap. FKIP Universitas taduka. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/view/2184. Diakses pada Minggu, 19 September 2021 pukul 20.21 WIB.

Ramlan. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mengubah atau merubah?

Ranah Pesisir, Jurnalismuda — Mengubah atau merubah? Penulisan kedua kata ini sering kali terjadi keliru. Apalagi kamu yang masih baru dalam menulis, pastinya sering kebingungan dalam menggunakan kedua kata ini. Oleh karena itu, dalam artikel ini saya akan ulas mengenai kedua kata. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini! (1)  Budi   mengubah susunan kalimat itu. (2)  Jaka tidak merubah susunan kalimat itu . Contoh kalimat (1) dan kalimat (2) di atas, jelas predikat tersebut memiliki penulisan   kata yang berbeda. Jadi, menurutmu, penulisan yang benar adalah mengubah atau merubah ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), kata ubah dan rubah memiliki makna yang berbeda. Kata ubah merupakan kata kerja yang bermakna ‘tukar atau ganti’, sedangkan kata rubah adalah kata benda yang bermakna ‘binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya’. Secara morfologis, kata ubah memiliki kemampuan bergabung dengan beberapa afiks b...