Langsung ke konten utama

Unsur Drama Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang



1. Tokoh dan Penokohan

a. Orang Tua

Orang tua merupakan tokoh utama dalam naskah drama “Bulan Bujur Sangkar”. Dia adalah seorang laki-laki tua yang berusia 60 tahun. Dalam drama ini diceritakan bahwa selama hidupnya ia hanya menyia-nyiakan hidup untuk membuat dan mendirikan tiang gantungan. Karakter yang menonjol pada tokoh ini adalah orang gigih, penghasut, dan  putus asa. “Gigih” buktinya ia rela menghabiskan masa hidupnya untuk hanya mendirikan tiang gantungan. “Penghasut” buktinya ia berasil membujuk anak muda untuk mempraktekkan dirinya pada tiang gantungan tersebut. “Putus asa” buktinya ia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

b. Anak Muda

Dalam drama ini diceritakan bahwa tokoh Anak Muda adalah seorang prajurit tentara dari kerajaan yang menjalankan tugasnya di hutan. Pertemuan tokoh Anak Muda dan Orang Tua di dalam drama ini menimbulkan suatu pecakapan yang panjang. Ciri Anak Muda adalah tokoh yang gagah, tampan, jujur, berani, bejasmani dan rohani yang tinggi, dan mempunyai tahi lalat berwarna ungu tua pada keningnya. Di samping itu, diceritakan bahwa ia adalah calon tunangan dari tokoh si perempuan. Si Anak Muda juga merupakan tokoh yang mudah terhasut oleh pikiran. Buktinya, pada akhir hidupnya, ia mati terbunuh di tiang gantungan karena rayuan dan bujukan dari dari tokoh Orang Tua.

c. Perempuan

Tokoh perempuan merupakan seorang tokoh yang berusia lebih kurang 25 tahun. Dia adalah seorang tunangan dari tokoh Anak Muda. Perempuan ini adalah seorang gadis yang cantik, cendikiawan, jenial, setia, dan mempunyai cita-cita. Dalam drama ini diceritakan bahwa tokoh si perempuan datang mencari Anak Muda yang merupakan tunangannya. Tokoh perempuan ini diceritakan bertemu dengan tokoh Orang Tua dan ia menanyakan di mana keberadaan pasangannya itu. Akhir hidup dari tokoh si perempuan ialah bunuh diri karena putus asa bahwa pasangan yang dicari telah tiada.

d. Pengembala

Ia merupakan seorang anak pengembala kambing. Ia setiap hari mengembala kambing di lereng gunung. Ia selalu membawa serunai dan memainkannya. Di dalam drama ini diceritakan bahwa tokoh Orang Tua tidak menyukai bunyi alunan serunai pengembala. Pengembala inilah yang memberi tahu kepada  tokoh Orang Tua bahwa tokoh si perempuan mati tergantung.

2. Latar

a. Tempat

Latar tempat yang menonjol pada drama ini adalah di hutan (kaki gunung). Buktinya, “Bapak dirikan tiang gantungan di kaki gunung sini sekadar iseng saja atau sekedar menggantung  orang hingga separuh mati saja”. Kemudian di atas pohon. “Seorang Perempuan yang manggantung dirinya di atas pohon”.

b. Waktu

Dalam drama ini latar waktu tidak terlalu dijelaskan. Akan tetapi, hanya mengambarkan waktu tersebut terus berjalan terjadinya siang dan malam.

c. Suasana

Suasana yang menonjol dalam drama ini adalah kebahagian dan kesedihan. Suasana kebahagian dapat kita lihat bahwa tokoh Orang Tua merasa senang dan bahagia, serta tertawa terbahak-bahak saat tokoh Anak Muda mati tergantung di tiang gantungannya. Selanjutnya, suasana sedih dapat terlihat laki-laki yang dicari si perempuan mati terbunuh dan akhirnya ia putus asa dengan cara bunuh diri. 

3. Alur

Alur cerita naskah drama ini adalah alur maju karena menceritakan kisah yang dimulai pada awal sampai masa selanjutnya tanpa kembali pada masa sebelumnya.

4. Konflik

Konflik atau permasalahan awal dari cerita drama ini adalah ketika seorang pria (Anak Muda) bertemu dengan tokoh Orang Tua. Kemudian, Anak Muda menuduh tokoh Orang Tua sebagai mata-mata. Di sinilah diceritakan terjadinya perdebatan panjang antara Anak Muda dengan Orang Tua yang sampai membahas kehidupan. 

5. Tema

Tema yang menonjol dari alur cerita drama Bulan Bujur Sangkar adalah kehidupan berujung maut karena rangkaian dari cerita drama tersebut berujung maut dengan cara bunuh diri. 

6. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam naskah drama Bulan Bujur Sangkar adalah tokoh utama merupakan pelaku utama (Orang Tua).

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan Iwan Simatupang dalam naskah drama Bulan Bujur Sangkar ini mengandung gaya bahasa yang tinggi dan sulit untuk dipahami si pembaca. Oleh karena itu, untuk memahami naskah drama tersebut si pembaca harus membacanya dengan berulang kali. Sebab, gaya bahasa yang digunakan dalam naskah juga bermajas.  

8. Amanat

1. Janganlah pernah menyia-nyiakan hidup dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.  

2. Janganlah pernah membawa seseorang ke jalan yang salah karena hal tersebut merupakan perbuatan yang tercela dan dibenci oleh Allah Swt. Kita sebagai manusia jelas tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

3. Membunuh orang lain dan membunuh diri sendiri adalah  pembuatan dosa besar.

4. Tokoh orang tua adalah tokoh yang berpikiran kotor. Sebagai orang yang sudah tua, janganlah perbanyak berbuat dosa dan perbanyaklah mengerjakan amal saleh.

5. Walaupun terpisah oleh jarak dan waktu, sebagai pasangan yang setia tetaplah mempertahankan kesetian tersebut dan jangan putus asa.

 Selamat membaca!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mengubah atau merubah?

Ranah Pesisir, Jurnalismuda — Mengubah atau merubah? Penulisan kedua kata ini sering kali terjadi keliru. Apalagi kamu yang masih baru dalam menulis, pastinya sering kebingungan dalam menggunakan kedua kata ini. Oleh karena itu, dalam artikel ini saya akan ulas mengenai kedua kata. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini! (1)  Budi   mengubah susunan kalimat itu. (2)  Jaka tidak merubah susunan kalimat itu . Contoh kalimat (1) dan kalimat (2) di atas, jelas predikat tersebut memiliki penulisan   kata yang berbeda. Jadi, menurutmu, penulisan yang benar adalah mengubah atau merubah ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), kata ubah dan rubah memiliki makna yang berbeda. Kata ubah merupakan kata kerja yang bermakna ‘tukar atau ganti’, sedangkan kata rubah adalah kata benda yang bermakna ‘binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya’. Secara morfologis, kata ubah memiliki kemampuan bergabung dengan beberapa afiks b...