Langsung ke konten utama

Klitik –nya dan Afiks –nya dalam Bahasa Indonesia

Padang, Jurnalismuda - Hai pembaca budiman. Bagaimanakah kabarmu hari ini? Sehatkan? Moga-moga saja kita sehat selalu ya. Amin. Baiklah, pembaca yang budiman. Pada artikel hari ini, saya akan menjelaskan tentang klitik –nya dan afiks –nya dalam bahasa Indonesia. Eh, ngomong-ngomong apa bedanya sih, klitik –nya dengan afiks –nya? Bukannya sama saja, Min? Untuk itu, simaklah penjelasan berikut ini.

Pembaca budiman yang berbahagia, sebenarnya ada dua bentuk –nya dalam bahasa Indonesia, yaitu –nya sebagai klitik dan –nya sebagai afiks atau imbuhan. Kedua bentuk ini memang cukup pelik untuk membedakannya. Banyak orang tidak paham mengenai kedua konsep ini. Sebab itu, sering kali terjadi anggapan-anggapan yang keliru, seperti ada yang mengatakan semua bentuk –nya adalah afiks. Namun, sebaliknya, ada juga yang mengatakan semua bentuk –nya adalah klitik. Padahal, kedua konsep itu jelas berbeda dalam bahasa Indonesia.

Lalu, apa perbedaannya? Mari kita lihat penjelasannya. Jika teman-teman membaca artikel saya mengenai "Klitik –ku- dalam Bahasa Indonesia" di laman Jurnalismuda03.blogspot.com pada Minggu lalu, mungkin teman-teman sudah sedikit paham mengenai perbedaan antara klitik dengan afiks. Nah, jika teman-teman belum membacanya, jangan bingung. Di sini, saya akan menjelaskan kembali.

Klitik merupakan bentuk yang terikat secara fonologis, tetapi tidak berstatus kata karena dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Menurut Kridalaksana (2011: 126), dalam Kamus Linguistik, klitik adalah bentuk terikat yang secara fonologis tidak mempunyai tekanan sendiri dan tidak dapat dianggap sebagai morfem terikat karena dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa, tetapi tidak mempunyai ciri-ciri kata karena tidak dapat berlaku sebagai bentuk bebas. Contoh:  -ku-, -mu, -nya, dan –kau.

Contoh di atas, adalah kata ganti orang atau pronomina persona yang merupakan bagian dari klitik. Pada dasarnya, klitik –ku-, -mu, -nya, dan -kau- merupakan kata ganti yang dipendekkan dari aku, kamu, dia, dan engkau.  Klitik atau kata ganti  mempunyai kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia. Klitik ku- dan kau-, yaitu ditulis serangkai pada kata mengikutinya, sedangkan klitik –ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai pada kata mendahuluinya. Dengan demikian, klitik –mu dan –nya tidak dapat diletakkan pada kata yang mengikutinya, sebab klitik –mu dan –nya  merupakan bentuk terikat yang diletakkan pada kata yang mendahuluinya. Hal ini berbeda dengan klitik  -ku-, yang dapat ditulis serangkai pada kata yang mendahului maupun pada kata yang mengikutinya.

Berdasarkan posisi berdirinya klitik digolongkan menjadi dua, yaitu proklitik dan enklitik. Proklitik adalah klitik yang terletak di muka, misalnya kucari, dan kaujual; sedangkan enklitik adalah klitik yang terletak di belakang, misalnya sepedaku, bukumu, dan rumahnya (Ramlan, 1987: 31). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), klitik -ku, -mu, dan –nya memiliki makna. Contoh klitik -ku pada kata rumahku, mobilku, dan sepedaku ialah bermakna ‘pemilik’, sedangkan -ku pada kata memukulku dan menghampiriku, memiliki makna ‘tujuan’. Sementara itu, klitik –mu memiliki makna ‘sebagai penunjuk pemilik’. Contoh: bukumu, kacamatamu, dan tasmu. Berbeda dengan klitik –nya, yang memiliki makna ‘milik, pelaku, dan penerima’. Contoh: warungnya, mengambilnya, dan memperolehnya.

Selain itu, ada juga bentuk –nya yang disebut afiks atau imbuhan. Afiks adalah morfem terikat yang tidak bisa berdiri sendiri dan belum mempunyai makna. Afiks juga merupakan bentuk terikat yang bila ditambah pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya. Afiks ini mencakup prefiks, sufiks, infiks, konfiks, imbuhan gabung, dan suprafiks (Kridalaksana, 2011: 3). Afiks –nya merupakan jenis sufiks atau imbuhan yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar, misalnya –an, -kan, dan –i (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Putrayasa (2008: 27) menyebutkan sufiks adalah morfem terikat yang dilekatkan di belakang suatu bentuk dasar dalam membentuk kata. Selain itu, Putrayasa juga menyebutkan sufiks –an, -kan, -i dan –nya merupakan sufiks asli dalam bahasa Indonesia. Sufiks –an berfungsi untuk membentuk kata benda atau membendakan, misalnya makanan, tulisan, harian, dan ribuan. Sufiks –kan dan –i berfungsi untuk membentuk kata kerja transitif. Namun, kedua sufiks ini memiliki perbedaan. Pada kata bersufiks –kan objeknya bersifat bergerak, misalnya Bapak itu menaikkan tangga; sedangkan pada kata bersufiks –i objeknya bersifat diam (tidak bergerak), misalnya Kakak itu menaiki tangga.

Kemudian, bagaimana dengan bentuk –nya yang merupakan sufiks? Apa fungsinya? Putrayasa (2008: 31) menyebutkan bahwa sufiks –nya memiliki empat fungsi. Pertama, sufiks -nya berfungsi untuk mengadakan transposisi atas suatu jenis kata lain menjadi kata benda (subtantiva, yaitu pembendaan suatu kata, baik dari kata kerja maupun kata sifat). Contoh: merajalelanya kenakalan remaja, suka dukanya, baik buruknya. Kedua, sufiks –nya berfungsi untuk menjelaskan atau menekan kata di depannya. Contoh: Dokternya belum datang, Ambillah susunya dan buatkanlah, Di hutan itu ada penghuninya. Ketiga, sufiks -nya berfungsi menjelaskan situasi. Contoh: Ia bernyanyi dengan merdunya, Ia bersorak dengan sekaras-kerasnya. Keempat, sufiks –nya digunakan pada beberapa kata tugas. Contoh: sesungguhnya, rupanya, dan sebenarnya.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai klitik –nya dan afiks –nya yang berbeda fungsi dalam kaidah bahasa Indonesia. Semoga tulisan ini bermanfaat dan mencerahkan pembaca, terutama untuk penulis sendiri. Sekian dan Terima kasih. *

__________

Penulis

Yori Leo Saputra, Mahasiswa S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Ia adalah penulis antologi puisi Tangis di Rantau dan Antologi 12 Cerita Rakyat.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

mengubah atau merubah?

Ranah Pesisir, Jurnalismuda — Mengubah atau merubah? Penulisan kedua kata ini sering kali terjadi keliru. Apalagi kamu yang masih baru dalam menulis, pastinya sering kebingungan dalam menggunakan kedua kata ini. Oleh karena itu, dalam artikel ini saya akan ulas mengenai kedua kata. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini! (1)  Budi   mengubah susunan kalimat itu. (2)  Jaka tidak merubah susunan kalimat itu . Contoh kalimat (1) dan kalimat (2) di atas, jelas predikat tersebut memiliki penulisan   kata yang berbeda. Jadi, menurutmu, penulisan yang benar adalah mengubah atau merubah ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), kata ubah dan rubah memiliki makna yang berbeda. Kata ubah merupakan kata kerja yang bermakna ‘tukar atau ganti’, sedangkan kata rubah adalah kata benda yang bermakna ‘binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya’. Secara morfologis, kata ubah memiliki kemampuan bergabung dengan beberapa afiks b...