Langsung ke konten utama

Kenapa Hati Mudah Gelisah? Yuk, Baca ini

Ustaz Hilman Fauzi (Ilustrasi: Palembang.tribunnews.com)


Iri dengki, susah melihat orang senang, dan senang melihat orang susah. Kenapa ada sifat demikian? Karena di antara faktor dunia, kita tidak mampu mensyukuri nikmat yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita. Kita merasa bahwa apa yang Allah hadirkan itu tidak pas untuk kita. Padahal, setiap Allah hadirkan sesuatu dalam kehidupan kita sesuai dengan kebutuhan dan kepantasan kita. Jadi, tidak mungkin Allah itu memberikan apa pun dalam kehidupan kita, kecuali memang butuhnya segitu dan pantasnya segitu. Maka, orang yang senantiasa iri dan dengki adalah orang yang tidak memahami keadaan.

Jangan pernah mengukur ukuran sepatu orang lain dengan ukuran kaki kita karena sampai kapan pun tidak akan pernah cukup. Ukuran kaki orang misalnya 38, kaki kita 40, dipaksakan! Bagimana jadinya? Nah, begitu juga sebaliknya, ukuran kaki kita 42, orang 40, dipaksakan maka akan longgar. Itulah yang terjadi dengan sifat iri dan dengki. Kadang, sifat iri dan dengki itu muncul karena ada sifat kebencian. Kebencian merupakan sesuatu yang sangat dibenci oleh Allah Swt. Barang siapa yang membenci manusia maka dia sebenarnya sedang membenci ketentuan Allah dalam kehidupannya.

Saya teringat dengan suatu rumus. Ada dua hal yang harus kita ingat dan ada pula dua hal yang harus kita lupakan. Apa saja itu? Dua hal yang kita ingat adalah kebaikkan orang lain kepada kita dan keburukkan kita kepada orang lain. Sementara itu, dua hal yang harus kita lupakan adalah kebaikkan kita kepada orang lain dan keburukkan orang lain kepada kita. Jika itu yang dihadirkan maka insyaallah sifat iri dan dengki akan hilang dalam diri kita. Berusahalah untuk bisa menerima apapun dalam  kehidupan ini dengan sesuatu yang terbaik dan dengan akhlak yang terbaik karena puncak iman seseorang itu dilihat dari akhlaknya. Makin dia beriman, makin baik akhlaknya. Makin dia beriman, makin terpuji akhlaknya. Dan di antara akhlak yang baik adalah tidak ada sifat iri dan dengki kepada orang lain.

Editor: Yori Leo Saputra
Sumber: Ceramah Ustaz Hilman Fauzi, S.E.I., M.ESy.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mengubah atau merubah?

Ranah Pesisir, Jurnalismuda — Mengubah atau merubah? Penulisan kedua kata ini sering kali terjadi keliru. Apalagi kamu yang masih baru dalam menulis, pastinya sering kebingungan dalam menggunakan kedua kata ini. Oleh karena itu, dalam artikel ini saya akan ulas mengenai kedua kata. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini! (1)  Budi   mengubah susunan kalimat itu. (2)  Jaka tidak merubah susunan kalimat itu . Contoh kalimat (1) dan kalimat (2) di atas, jelas predikat tersebut memiliki penulisan   kata yang berbeda. Jadi, menurutmu, penulisan yang benar adalah mengubah atau merubah ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), kata ubah dan rubah memiliki makna yang berbeda. Kata ubah merupakan kata kerja yang bermakna ‘tukar atau ganti’, sedangkan kata rubah adalah kata benda yang bermakna ‘binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya’. Secara morfologis, kata ubah memiliki kemampuan bergabung dengan beberapa afiks b...