Langsung ke konten utama

Takdir dan Menurut Perspektifnya

Ilustrasi: Yori Leo Saputra

Secara bahasa, takdir diartikan sebagai ketetapan atau ketentuan Allah. Takdir terbagi atas dua, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq. Takdir mubram adalah takdir yang tidak dapat diubah karena bersifat mutlak atas ketetapan Allah Swt., sedangkan takdir muallaq adalah takdir yang ditentukan oleh Allah namun bisa diubah dengan ikhtiar manusia. Jadi, kalau kita berbicara tentang takdir, ada tiga perspektifnya dalam Islam, yaitu sebagai berikut.

1. Takdir Menurut Perspektif Allah Swt.
Takdir menurut pandangan Allah, semua takdir dalam pandangan dan kuasa Allah adalah mutlak. Allah Swt. sudah tahu apa yang akan terjadi pada hambanya nanti. Allah mempunyai sifat al-Alim (Maha Mengetahui).  Jadi, tidak ada sesuatu apa pun yang tidak diketahui oleh Allah Swt. Allah maha mengetahui segalanya. Setiap takdir di mata Allah bersifat mubram atau mutlak.

2. Takdir Menurut Perspektif Malaikat
Takdir menurut versi malaikat sudah tertulis pada lauhulmahfuz. Lauhulmahfuz adalah tempat mencatat semua amal baik dan amal buruk manusia. Malaikat hanya ditugaskan oleh Allah untuk menjalankan saja. Jadi, malaikat mengetahui takdir dengan apa yang diperintahkan Allah Swt. di lauhulmahfuz.

3. Takdir Menurut Perspektif Manusia
Takdir dalam sperspektif munusia tidak mubrom atau mutlak, melainkan bersifat muallaq. Segala sesuatu yang ada dapat diubah dan diikhtiarkan. Takdir ini tidak dapat diubah, kecuali dengan doa. Misalnya, seorang hamba mempunyai ibadah yang bagus kepada Allah, dia meminta kepada Allah agar diperpanjang umurnya. Padahal, sebelumnya, Allah sudah menentukan batas usianya hingga 50 tahun. Namun, karena ikhtiarnya luar biasa dan tidak henti-hentinya berdoa dan meminta kepada Allah maka ditambahlah oleh Allah usianya. Maka, inilah yang dinamakan takdir muallaq. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mengubah atau merubah?

Ranah Pesisir, Jurnalismuda — Mengubah atau merubah? Penulisan kedua kata ini sering kali terjadi keliru. Apalagi kamu yang masih baru dalam menulis, pastinya sering kebingungan dalam menggunakan kedua kata ini. Oleh karena itu, dalam artikel ini saya akan ulas mengenai kedua kata. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini! (1)  Budi   mengubah susunan kalimat itu. (2)  Jaka tidak merubah susunan kalimat itu . Contoh kalimat (1) dan kalimat (2) di atas, jelas predikat tersebut memiliki penulisan   kata yang berbeda. Jadi, menurutmu, penulisan yang benar adalah mengubah atau merubah ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), kata ubah dan rubah memiliki makna yang berbeda. Kata ubah merupakan kata kerja yang bermakna ‘tukar atau ganti’, sedangkan kata rubah adalah kata benda yang bermakna ‘binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya’. Secara morfologis, kata ubah memiliki kemampuan bergabung dengan beberapa afiks b...