Langsung ke konten utama

Disebut Manusia karena Ada 3 Unsur

Ilustrasi: Yori Leo Saputra


Saya ingin mengajak saudara-saudara untuk mengenal lebih jauh tentang diri kita. Sebagai manusia, mungkin masih ada di antara kita sampai detik ini masih belum kenal dengan diri sendiri. Sebenarnya, ketika Allah Swt. menciptakan kita—disebut manusia kalau memiliki tiga unsur. Jika tiga unsur ini tidak ada pada manusia maka berkuranglah nilai kemanusiaannya, baik itu umat muslim maupun nonmuslim. Semua pasti terdiri dari tiga unsur ini. Maka itu, pastikan hingga detik ini tiga unsur ini masih ada pada diri kita. Kira-kira apa saja tiga unsur itu? Mari kita lihat. 

Pertama, fisik atau jasad. Inilah yang menjadi bagian paling nyata dari manusia. Fisik atau jasad juga menjadi tahap pertama dalam proses penciptaan manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk” (Q.S. Al-Hijr 15:28). 

Sementa itu, secara detailnya dapat dilihat dalam Firman Allah berikut.

“….sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan tidak yang sempurna agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan beransur-ansur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya.” (Q.S. Al-Hajj 22:5).

Proses ini menegaskan bahwa betapa pentingnya jasad sebagai wadah bagi manusia di dunia ini. Akan tetapi, keberadaan manusia tidak hanya terbatas pada dimensi fisik atau jasad semata. Roh,  sebagai unsur yang memberikan kehidupan pada jasad, juga memegang peran penting. Andaikan fisik manusia ada, tetapi roh tidak ada maka manusia tidak akan bisa hidup. Roh inilah yang menjadi sumber energi dan kehidupan bagi manusia. Walaupun roh tidak terlihat namun kehadiran roh memberikan dimensi spiritual pada manusia dan menghubungkannya dengan aspek kehidupan yang lebih dalam.

Selain fisik dan roh, yang menjadi unsur manusia adalah akal. Secara bahasa, akal diartikan sebagai ‘daya pikir (untuk memahami sesuatu dan sebagainya); pikiran; dan ingatan'. Kemudian, akal juga diartikan sebagai ‘jalan atau cara melakukan sesuatu; daya upaya; dan ikhtiar’. Selain itu, akal juga memiliki arti ‘tipu daya’; muslihat; kecerdikan; dan kelicikan.' Akal inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lain. Misalnya, sapi. Kalau kita amati, sapi itu memiliki jasad, memiliki ruh, namun apakah sapi mamiliki akal? Tidak! Maka itu, jangan pernah memarahi sapi bila sapi berbuat salah. Kadang, anehnya ketika sapi masuk ke kebun dan memakan beberapa tanaman yang ada di kebun, pemilik kebun malah marah-marah, saking emosinya sampai pemilik kebun menyumpahi sapi. Tentu ini lucukan? Hewan yang tidak punya akal bisa-bisanya dimarahi dan sumpahi. Padahal, jelas, yang salah adalah pemilik sapi karena tidak menjaga ternaknya dengan baik.

Dari ulasan ini dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki tiga unsur, yaitu fisik atau jasad, roh, dan akal. Bila rohnya hilang, tetapi fisik dan akalnya ada maka dia wafat. Apabila roh dan fiksinya ada, tetapi tidak memiliki akal maka dikatakan hewan. Ada roh dan akal, tetapi tidak memiliki fisik maka disebut gentayangan. Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mengubah atau merubah?

Ranah Pesisir, Jurnalismuda — Mengubah atau merubah? Penulisan kedua kata ini sering kali terjadi keliru. Apalagi kamu yang masih baru dalam menulis, pastinya sering kebingungan dalam menggunakan kedua kata ini. Oleh karena itu, dalam artikel ini saya akan ulas mengenai kedua kata. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini! (1)  Budi   mengubah susunan kalimat itu. (2)  Jaka tidak merubah susunan kalimat itu . Contoh kalimat (1) dan kalimat (2) di atas, jelas predikat tersebut memiliki penulisan   kata yang berbeda. Jadi, menurutmu, penulisan yang benar adalah mengubah atau merubah ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), kata ubah dan rubah memiliki makna yang berbeda. Kata ubah merupakan kata kerja yang bermakna ‘tukar atau ganti’, sedangkan kata rubah adalah kata benda yang bermakna ‘binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya’. Secara morfologis, kata ubah memiliki kemampuan bergabung dengan beberapa afiks b...