Langsung ke konten utama

Postingan

Cerpen Si Jago || Yori Leo Saputra

Pagi-pagi, ibuku mau berangkat ke pasar. Tak seperti biasanya ibuku pergi ke pasar jam segini. Hari masih menunjukkan pukul 07.00 pagi. Ibuku mau minta diantarkan ke pasar. Padahal, aku masih letih karena habis ngerjain tugas tadi malam sampai pukul 03.00 pagi. Ibuku terus memanggil namaku di depan pintu kamar untuk minta diantarkan ke pasar. “Nak, tolong antarkan ibu ke pasar ya.” “Iya bu, tunggu dulu. Sebentar.”  Sebenarnya badanku sangatlah terasa letih dan capek. Karena aku merasa tak tega melihat ibu yang selalu memanggilku di depan pintu kamar, aku siap-siap dulu. “Tunggu, ya, Bu. Aku mandi dulu.” “Iya, cepat ya, Nak.”  Setelah aku selesai mandi dan mau mengantarkan ibu ke pasar, tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing. Wajah ibu lalu berubah kelihatan kusam dan marah padaku. Setiap ibu minta tolong padaku, ada saja hal yang terjadi padaku. Kali ini kepalaku benar-benar terasa pusing. Namun, ibu mengira aku bohong kepadanya. “Mau apa nggak ngantarin ibu ke pasar!” “Iya, Bu...

Klitik –nya dan Afiks –nya dalam Bahasa Indonesia

Padang, Jurnalismuda - Hai pembaca budiman. Bagaimanakah kabarmu hari ini? Sehatkan? Moga-moga saja kita sehat selalu ya. Amin. Baiklah, pembaca yang budiman. Pada artikel  hari ini, saya akan menjelaskan tentang klitik –nya dan afiks –nya dalam bahasa Indonesia. Eh , ngomong-ngomong apa bedanya sih , klitik –nya dengan afiks –nya ? Bukannya sama saja, Min ? Untuk itu, simaklah penjelasan berikut ini. Pembaca budiman yang berbahagia, sebenarnya ada dua bentuk –nya dalam bahasa Indonesia, yaitu –nya sebagai klitik dan –nya sebagai afiks atau imbuhan. Kedua bentuk ini memang cukup pelik untuk membedakannya. Banyak orang tidak paham mengenai kedua konsep ini. Sebab itu, sering kali terjadi anggapan-anggapan yang keliru, seperti ada yang mengatakan semua bentuk –nya adalah afiks. Namun, sebaliknya, ada juga yang mengatakan semua bentuk –nya adalah klitik. Padahal, kedua konsep itu jelas berbeda dalam bahasa Indonesia. Lalu, apa perbedaannya? Mari kita lihat penjelasannya. Ji...

Kata Baku dan Kata Tidak Baku

Ranah Pesisir, Jurnalismuda — Setiap saya membaca tulisan. Saya sering kali memperhatikan kosakata yang digunakan penulis. Kadang, saya sering kali menemukan penulisan kata tidak baku. Hal ini menandakan bahwa masih ada ketidakseragaman penggunaan kata dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, amatilah contoh kata berikut ini: shalat, istighfar, shubuh, hadist, istiqamah, dhuzur, adzan, ramadhan, dzikir, wudhu, dan fiqih . Padahal, penulisan kata yang benar sesuai dengan standardisasi penulisan bahasa Indonesia ialah salat, istigfar, subuh, hadis, istikamah, zuhur, azan, ramadan, zikir, wudu, dan fikih .   Kata shalat , istigfar , shubuh , hadist , dhuhur , adzan , ramadhan , dzikir , wudhu dan fiqih di atas, merupakan contoh kata tidak baku. Dikutip dari laman K ompas.com, kata tidak baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah standar bahasa. Dari pengertian ini dapat dijelaskan bahwa kata tidak baku tidak hanya salah dalam penulisan s...

mengubah atau merubah?

Ranah Pesisir, Jurnalismuda — Mengubah atau merubah? Penulisan kedua kata ini sering kali terjadi keliru. Apalagi kamu yang masih baru dalam menulis, pastinya sering kebingungan dalam menggunakan kedua kata ini. Oleh karena itu, dalam artikel ini saya akan ulas mengenai kedua kata. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini! (1)  Budi   mengubah susunan kalimat itu. (2)  Jaka tidak merubah susunan kalimat itu . Contoh kalimat (1) dan kalimat (2) di atas, jelas predikat tersebut memiliki penulisan   kata yang berbeda. Jadi, menurutmu, penulisan yang benar adalah mengubah atau merubah ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), kata ubah dan rubah memiliki makna yang berbeda. Kata ubah merupakan kata kerja yang bermakna ‘tukar atau ganti’, sedangkan kata rubah adalah kata benda yang bermakna ‘binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya’. Secara morfologis, kata ubah memiliki kemampuan bergabung dengan beberapa afiks b...

Enam Pertimbangan Memilih Perempuan di Minangkabau

Gadih Minang [Foto: Jurnalismuda.blogspot.com] Padang, Jurnalismuda  – Sebagaimana Rasulullah Saw. dalam hadis (HR. Bukhari) telah menyebutkan bahwa ada empat faktor yang menjadi patokan seseorang dalam memilih jodoh, baik itu jodoh laki-laki maupun perempuan, yaitu dilihat dari harta, keturunan, ketampanan atau kecantikan, dan agamanya.  Dilansir dari Republika.co.id , ternyata keempat faktor ini bisa menjadi penunjang dalam berumah tangga seseorang agar tetap kuat dan berdiri kokoh dalam mengarungi kehidupan. Nah, hal itu tidak jauh berbeda dengan sistem yang diterapkan dalam adat Minangkabau. Dalam memilih perempuan di Minangkabau, adapun keriteria yang harus diperhatikan. Dt. Parpatiah Nan Sabatang, menyebutkan, bahwa ada 6 hal yang harus diperhatikan, yaitu rancak ruponyo (kecantikan/ketampanan), mulia bangsonyo (kemuliaan bangsanya), banyak haratonyo (banyak hartanya), tinggi sikolahnyo (pendidikannya), aluih budinyo (akhlak atau kebaikannya), dan taat agomo (taat...

Aliran Sungai Banda Kali Besar, Masyarakat Malah Memanfaatkan Kondisi Tersebut Menangkap Ikan

Rosiki menangkap ikan di sungai Banda Kali [Foto:Yori Leo Saputra]

Masjid Tuo Kayu Jao, Unik dan Bersejarah

Masjid Tuo Kayu Jao, Solok [Foto: Yori Leo Saputra] Solok, Jurnalismuda – Masjid Tuo Kayu Jao merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat.  Menurut Jodi (22), selaku warga setempat, mengatakan masjid Tuo Kayu Jao telah berdiri sejak ratusan abad yang lalu, tetapi tidak diketahui secara pasti  kapan berdirinya.  “Berdasarkan catatan sejarah bahwa ada yang mengatakan bangunan ini berdiri sejak tahun 1599. Ada juga yang mengatakan bangunan ini lebih tua daripada tahun tersebut. Namun, di sisi lain ada juga yang mengatakan bangunan ini berdiri sejak abad ke-16.” Ujarnya, Minggu (24/10/2021). Dalam pembangunan masjid ini, adapun tokoh masyarakat yang berperan penting pada saat itu, tidak lain itu Angku Masyhur dan Angku Labai. Mereka adalah bagian dari tiga unsur kepimpinan di Minangkabau, yaitu niniak mamak, alim ulama, dan cadiak pandai.  Bangunan m...